Senin, 03 Maret 2008

Trauma bencana

Bismillahirrohmanirrohim..

..Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan didalam bathin
Tengoklah kedalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat....

..Anugrah dan bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia diatas segalanya...

...Anak menjerit2, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah..

( ..Kemanakah lagi kita kan sembunyi, hanya kepadaNya kita kembali...)

Itu lirik lagu lama. Sewaktu masih usia SMP, saya sering mendengarnya lamat2 dari kaset tetangga. Pikir saya, ..."jadul" banget nih orang. Padahal kenyataannya sang penyetel bukanlah produk jadul ( jaman dulu, red ). Tidak habis pikir, apa enaknya lagu seperti itu. Bikin orang ngantuk, tidak semangat. (Maklum..jaman itu saya masih ABG yang tahu sendirilah dunianya...)

Namun sekarang...Subhanallah....
Atas Hidayah Allah saya kira, saya jadi menikmati , menghayati dan mengulang-ulang lagu tersebut. " Gue banget.." kalo ikut istilah anak muda sekarang. Mungkin kondisi kejiwaan saya membuat lagu itu terasa istimewa buat saya. Akhir-akhir ini saya begitu prihatin sekali dengan apa yang menimpa saudara-saudara kita di belahan pulau lain. Juga belahan dunia yang lain. Khususnya saudara sesama muslim. Tidak bisa saya bayangkan, seandainya harus saya dan keluarga harus mengalaminya.Ketika harus meninggalkan " zona nyaman " yang selama ini melingkari kehidupan saya.

Tidak perlu saya uraikan rentetan kejadian dan bencana yang menimpa negara kita. Tidak perlu juga saya sibuk mencari penyebab ini semua. Karena semua jelas adalah kehendak Allah yang pasti ada maksudnya. Benar, ini adalah " hanya cambuk kecil, agar kita sadar.." , seperti kutipan lagu diatas. Berarti, kalau kita tidak juga sadar, akan ada lagi cambuk yang lebih besar. (Na'udzubillahimindzalik, tsumma naudzubillah...) . Semoga Allah memberikan Hidayah kepada seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali, untuk sadar, dalam meluruskan akidahnya, kembali dalam ketaatan padaNYA. Amin...allahumma amin.

Pernah mendengar tentang " trauma bencana " ? Trauma yang biasanya dialami oleh korban bencana itu ternyata bisa dialami oleh " penonton bencana ". Contohnya saya, sewaktu peristiwa Tsunami melanda Aceh tahun 2004 lalu, saya mengikuti beritanya dari awal sekali sampai berhari-hari ketika Metro TV menyiarkan siaran langsung dari Aceh. Dan tanpa saya sadari, semua begitu merasuki pikiran dan alam bawah sadar saya. Sungguh terlalu..pokoknya.
Hingga hampir setahun lamanya, saya masih sering mimpi buruk tentang peristiwa itu. Seolah-olah saya melihat langsung. Mengalaminya. Persis yang saya lihat di TV. Akhirnya kondisi kejiwaan saya pun ikut guncang. Setiap turun hujan lebat dan angin, hati saya berdebar , was-was dan takut .Sampai saya siapkan satu tas penuh berisi surat2 penting, pakaian secukupnya, selimut dan obat2an ( mengingat bayi saya baru 1 tahun ). Untuk antisipasi jika terjadi bencana.

Karena sampai taraf demikian, saya coba diskusikan hal ini dalam halaqah yang saya ikuti. Kesimpulannya, keimanan saya kurang stabil pada waktu itu. Sehingga akhirnya syetan memanfaatkan ruang kosong itu. Meniup-niupkan kekhawatiran, ketakutan berlebihan, dan pikiran-pikiran buruk. Dan solusinya adalah, ketika hujan lebat dan angin kencang datang, ketika hati mulai was-was dan berdebar keras, ajak hati berdzikir kepada Allah. Laa haula walaa quwwata illa billah..

Mungkin pengalaman bathin saya tidak cukup kaya. Mungkin juga karena kedangkalan ilmu dan iman saya sehingga hal ini terjadi. Namun setelah itu, hati saya menjadi lebih peka. Saya ajak anak saya untuk menghayati bencana yang ditayangkan di TV. Saya ajak dia seolah-olah ikut didalamnya. Namun saya imbangi dengan bekal iman dan ilmu. Agar dia tumbuh empatinya. Agar dia pandai mensyukuri nikmatNya. Agar tidak terjadi trauma bencana. Seperti saya sebelumnya. Akhir kata..doa saya:

" Robbanaa laa tuzigh quluubanaa, ba'daidz hadaitanaa,wahab lanaamilladunka rohmah, innaka antal wahab.. Amin. "

( Ya Allah,janganlah engkau palingkan kami setelah memperoleh petunjuk-MU , dan berilah kami Rahmat disisiMU. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi. Amin..)

Selasa, 26 Februari 2008

" Mbah Dokter nya anakku..

Bismillahirrohmanirrohim...

"Jangan lupa lho..bikin appointmen sama Dr.X ", suamiku mengingatkan lagi lewat telpon.Yap, sore ini anakku sudah dapat nomor antrian 5 disebuah klinik anak.Beberapa hari ini anakku belum BAB. Takut ada sumbatan diususnya, akhirnya kami putuskan ke dokter langganan kami.
Seorang Dokter Spesialis Anak yang sudah "sepuh" dan senior bertugas disini. Berumur kira kira 80 th lewat( tepatnya kurang tahu ..), beliau terkenal bertangan dingin dan teliti dalam bekerja. Bahkan beberapa pasien anak2nya membahasakan "Mbah" dalam memanggilnya.Walaupun antriannya terkenal lama dan panjang ( sampai ada anak-anak yang trauma gara2 ini), ternyata tetap saja pasiennya "bejibun".

Akupun sebenarnya trauma.Walaupun anakku malah tidak. Bosannya menunggu pasien yang keluar dari ruangannya.Satu demi satu.Mungkin saking telitinya ( atau karena sepuhnya ) ,beliau butuh waktu lama untuk memeriksa satu pasien. Kira2 20 menit ( lebih lama dari dokter anak kebanyakan ).Yang jelas, ada pendapat, ...ya baguslah, daripada buru2 analisa malah salah kasih obat, kan bahaya, apalagi anak anak..(bener juga ya pemirsa..)

Mata yang mulai menyipit, rambut yang sepenuhnya memutih dan gerakan2nya yang melamban tidak mengurangi ketelitiannya. Bahkan tangisan bayi dan anak2 ketika diimunisasi atau diperiksa ,bagaikan nyanyian saja ditelinganya. Cueeeek sekali sama tangisan itu. Mau nangis sekeras apapun, seperti tak mengurangi "kekhusyuan"nya.Ketika meresepkan obat, menghitungnya dengan kalkulator, lalu mengernyitkan kening lama sekali. Mungkinkah dia lupa nama obatnya? Mudah-mudahan tidak.

Sebenarnya, bukan tidak ada dokter lain dikota ini. Tapi jam terbang beliaulah yang paling tinggi. Entah sugesti, entah memang terbukti, yang jelas orang2 dari pulau2 lainpun banyak yang berobat padanya.Akhirnya, semoga sehat selalu Dok, panjang umur...masih banyak bayi dan anak2 dikota ini yang merindukan tangan dingin Anda ketika sakit. ( Aku sendiri sudah mulai pindah ke DSA yg lain, bukan apa2..rujukan dari perusahaan mengharuskan kami ke RS lain. Lagipula ,anakkupun sudah mulai punya rasa bosan menunggu.Sampai jumpa lain kali ya Dok..)

Pulauku..

Bismillahirrohmanirrohim..

Kami tinggal di sebuah pulau yang kecil. Tidak kecil kecil amat. Tapi mungkin hanya butuh waktu seharian untuk mengelilinginya ( berkendara tentu saja ). Lantas apa istimewanya ?..Begitu kira kira pertanyaan yang muncul.

Yang jelas bagi saya, menyenangkan.Beberapa teman dekat juga heran.. Apa enaknya tinggal dipulau kecil begini? Dasar wong ndeso...

Itulah saya,tipikal orang ndeso. Padahal saya lahir sampai besar juga dikota besar. Kota pelajar di Jawa Timur. Mungkin karena bosan dengan suasana perkotaan akhirnya saya butuh suasana berbeda. Saya suka alam. Suka lagu lagu lama.Suka makanan tradisional. Suka bergaul dengan orang ndeso.Tapi hal itu justru "keluar" pada saat usia sudah menginjak 30 tahun. Hal yang berbeda dengan ketika usia saya dibawah itu.

Rumah saya berdekatan dengan pantai. Tapi tidak berbatasan langsung. Mungkin dalam hitungan menit dengan bermotor ria, pantai itu sudah didepan mata. Membentang dengan jajaran "mangrove"nya. Diseberang sana, nampak gedung2 pencakar langit milik negara tetangga. Sebuah pemandangan sederhana..namun tidak pernah membosankan untuk dinikmati. Semakin sering saya kunjungi,semakin menarik untuk dihayati.

Gambar diatas adalah Perkampungan Melayu " Mentarau ". Mereka tinggal dirumah panggung ditepi pantai. Saya ambil gambar ini dari atas bukit didekat pantai.Sayang..tidak banyak yang saya tahu dari kehidupan mereka.

Suami saya bekerja disebuah perusahaan telekomunikasi swasta.Banyak kesempatan yang menawarkan pindah kerja ke Jakarta. Namun kami sepertinya telah terbiasa dengan ketenangan pulau ini. Lalu lintas yang tidak ruwet.Udara yang masih lumayan bersih. Pemandangan pantai disana-sini. Pas banget dengan selera saya ( kayak kopi kapal api ). Walaupun telah berdiri mall-mall sebagai tempat rekreasi, namun alam tetap menjadi favorit kami sekeluarga. Murah meriah. Tidak ada efek samping ( konsumerisme, hedonisme ). Bagi saya, dekat dengan alam akan mengasah ketajaman naluri kita. Suplemen yang baik juga untuk anak-anak kita.


Minggu, 24 Februari 2008

Sahabat..atau entah apa namanya..

Bismillahirrohmanirrohim.

Untuk satu keperluan, aku buka file2 foto di komputer. Senyum sendiri melihat foto anakku pas menang lomba 17 an di sekolahnya. TKIT Anak Harapan Ulil Albab Kota Batam. Bangganya dia..
padahal cuman lomba letusin balon. Yah..anak- anak yang pandai bersyukur.
Dalam foto itu,disamping anakku, ada temannya. Sebut saja si H. Sobat kentalnya ala anak2.
Keakraban mereka tentu saja menggiring orang tunya untuk saling akrab. Kebetulan kami tinggal di satu lingkungan. Tapi..ada rasa pedih sedikit menyapa hati.

Setahap demi setahap..aku mengenali dia dan keluarganya. Anak2nya semua akrab denganku. Orang bilang sih..talentaku emang sama anak2. Banyak anak2 tetangga yang lengket sama aku.
( aura tukang momong..hehehe...). Suamikupun, yang tergolong malas bergaul, akhirnya juga mengenal suaminya karena satu urusan . Persaudaraan yang manis sebetulnya.
Hal ini berlangsung hampir setahun. Sampai satu periode tertentu, tiba tiba kami tidak lagi akrab. Entah apa sebabnya dia menjauh begitu saja. Aku berusaha mencari tahu dari dia sendiri. Karena lewat orang lain tentu banyak salah info daripada benernya. 3 kali aku coba konfirmasikan masalah ini. Tidak ada jawaban. Akhirnya aku pergi dengan tanda tanya.

Sekali lagi, aku hubungi sahabat baiknya, "tak ada apa apa,kok.. " katanya. Oh, begitu...
Lalu aku putuskan bicara untuk bertanya langsung tentang hal itu terakhir kalinya. Dengan rendah hati aku bertanya...tapi , dia membalasnya dengan nada tinggi. Aku putuskan menyudahi pembicaraan. Lalu aku sambung dengan SMS. Isinya permintaan maaf dan terimakasih. Tak juga berbalas.

Sampai detik ini...hatiku masih miris. Ketika anakku bertanya, "...ma, kok si H gak pernah kesini, Faiz mau main sama dia.." Maaf nak, mama juga gak tau, jawabku sekenanya. Mungkin si H sedang capek. Itu aja yang aku bilang. Sampai 3 bulan berselang, masih itu yang sering ditanyakan anakku. Dan itu juga jawaban yang kuberikan.

Yah sudahlah..mungkin Allah mentakdirkan aku bersahabat dengannya hanya sampai disini. Pasti ada yang terbaik lagi dari Allah untukku. Hikmahnyapun juga pasti akan tergali. Lambat laun. Mungkin ada benarnya , jika di era sekarang..berteman hanya berdasarkan "loss and profit" .
Bismillahirrohmanirrohim..

Ini sebuah komentar tentang buku GANTI HATI. Penulisnya Pak Dahlan Iskan. CEO Group Jawa Pos.
Bagus. Sarat semangat. Sarat nilai2 filosofi. Sarat nilai percaya tinggi yang besar.
Sangat baik dibaca semua kalangan. Kalangan yang "merasa" sehat2 saja. Maupun yang sedang sakit. Sakit ringan sampai yang paling berat.

Kupu Kupu Kertas

Assalamualaikum..
Baru hari ini. Ya . Semoga sesuai rencana. Aku mulai benahi lagi blog yg udah lama terlantar. Maklum. Ibu rumah tangga..yang gak ada batasan jam kerja. Gak punya annual leave. Kecuali melahirkan. Tapi.. Alhamdullillah..bisa menjalani pilihan sadar ini. Berbekal harapan semua akan bernilai disisi Allah Subhanahu Wata'ala.Amin. ( Semoga niatan ini tidak pernah pudar..)
Kupu-kupu kertas. Aku pilih nama itu, karena emang lagi ndengerin lagu itu pas bikin blognya. Artinya?..Hanya Ebiet G Ade aja yg tahu. Tapi ..aku emang suka lagu itu. Aku sering ndengerin pas semua anggota keluarga sudah pada berangkat aktivitas. Kenapa harus nunggu mereka pergi ?..Karena , suami sering meledek." halaaaah sentimentil..hayooo inget siapa ?.." Padahal, aku juga gak ingat siapa siapa. Tapi bener, entah aransemennya ato suasananya yang ngepas. Mau denger juga? lagu lama, susya nyarinya..